Jawaban Klaim Flat Earth 101 Video 4
Jawaban Klaim Flat Earth 101 Video 4 - Hallo sahabat Halaman Adeung, Pada Artikel yang anda baca kali ini dengan judul Jawaban Klaim Flat Earth 101 Video 4, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Jawaban Flat Earth 101, yang kami tulis ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.Judul : Jawaban Klaim Flat Earth 101 Video 4
link : Jawaban Klaim Flat Earth 101 Video 4
Saya hanya ingin menginformasikan, di akhir episode 4 disebutkan beberapa argumen yang ada pada episode 5. Untuk itu saya tidak memasukannya disini namun tetap akan dibahas pada posting selanjutnya.
Ada beragam argumen Flat Earth yang sudah cukup untuk menghasut orang agar percaya. Mulai dari Siklus Saros, eksperimen Bedford, eksperimen Laser, hingga matahari yang muncul selama 24 jam di kutub utara.
Sayangnya itu semua sudah dibantah.
Berikut klaim dan bantahannya...
KLAIM: NASA menghitung gerhana menggunakan Siklus Saros
Dulu, istilah Siklus Saros tidak banyak diketahui orang. Tetapi sejak kehadiran video konspirasi Flat Earth, namanya jadi dikenal. Contoh pada Flat Earth 101, ia menyebutkan bahwa NASA sendiri masih masih menggunakan Siklus Saros yang dibuat oleh bangsa Babilonia Kuno ribuan tahun lalu.
Sontak ketika mendengar argumen ini, kita mungkin berpikir:
"NASA kok jadul banget?"
"Zaman udah canggih kok masih pake siklus saros?"
"Budget NASA 256 triliun masih andalkan astronom kuno?
Wajar jika kita berpikiran seperti itu karena memang tujuan pembuat video adalah mengarahkan pikiran penonton.
Teknik tersebut sangat mujarab bagi orang yang kurang kritis. Dikasih informasi cuma sekedar mengangguk, padahal tidak tahu informasi jelasnya.
Inilah sang penemu Siklus Saros, Edmond Halley |
Siklus Saros dibuat oleh Edmond Halley pada abad 17 dimana ia menggunakan perhitungan astronom Babilonia dan kemudian menamakannya siklus saros. Jadi, siklus saros tidak setua yang kebanyakan orang anggap.
So, apa benar NASA menghitung gerhana menggunakan Siklus Saros?
Iya, benar!
Tetapi lebih tepatnya, Siklus Saros hanya sebuah prediksi.
Siklus Saros hanya menghitung siklus gerhana dalam 18 tahun 11 hari dan 8 jam. Ia tidak memiliki kaitan dengan jarak bumi dengan bulat, serta hanya berlaku dalam dimensi waktu, tidak menjelaskan dimana gerhana akan terjadi.
Siklus Saros merupakan perhitungan sejak zaman dahulu, maka dari itu tidak heran jika hasilnya tidak seakurat dengan perhitungan astronom modern yang menggunakan perangkat yang lebih baik.
Saros Sendiri tidak benar-benar sempurna (sumber: Moon Blink) |
Dikatakan gerhana dapat bergeser ke utara atau selatan tergantung pada Saros tertentu. Lho, memangnya Siklus Saros ada berapa? Jawabannya ada 180 siklus yang berlangsung ribuan tahun.
Contohnya rumus untuk Saros 25 berbeda dengan Saros 76. Jadi jangan sekali-kali asal menggunakan rumus tersebut dan langsung mengklaim Siklus Saros itu salah.
NASA sendiri menyebut Siklus Saros tidak sempurna (sumber: NASA) |
Seperti telah dikatakan, Siklus Saros oleh Edmond Halley tidak benar-benar akurat dan tidak menyebutkan lokasi dimana gerhana bisa terlihat.
Oke, lalu apa yang NASA lakukan?
NASA menggunakan JavaScript Solar Eclipse Explorer, sebuah program komputer yang dapat menentukan kapan gerhana akan terjadi, lokasi terjadinya, lalu bagaimana gerhana akan terlihat.
Contoh kalkulasi untuk kota Beijing (sumber: NASA) |
Program tersebut sudah merangkum banyak perhitungan rumit kemudian menghasilkan informasi gerhana dengan presisi tinggi. Inilah kelebihan astronomi modern, komputer membuatnya semakin akurat.
Ruby Burkhalter, seorang lulusan International Academy of Astrology lebih merekomendasikan orang awam untuk menggunakan program komputer untuk memprediksi gerhana, sebab perhitungan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Program komputer memudahkan kita mengetahui gerhana secara detil |
Saya merekomendasikan software Alcyone Eclipse Calculator yang cukup populer digunakan oleh kalangan astrofotografer khususnya ketika berburu gerhana.
Tidak ada yang salah dengan Siklus Saros. Astronom modern menyempurnakannya lewat instrumen sejumlah instrumen yang lebih baik.
Siklus Saros (sumber: Universe Today) |
Saya agak jengkel mendengar klaim pada video yang mengatakan NASA menggunakan Siklus Saros yang mengasumsikan geosentris. Di klaim berikutnya kita akan membahas hal tersebut.
Ini adalah video ilustrasi gerhana dari NASA. Silahkan pikirkan bagaimana mungkin ini bisa terjadi dalam konsep geosentris dan Flat Earth.
Jika gerhana tidak bisa dihitung dengan akurat, maka pemberitaan terkait gerhana tidak akan pernah melintas di headline berita. Justru hampir semua lembaga antariksa, astronom, astrofotografer, dan kalangan astronomi lainnya bisa mengetahui hal ini.
LAPAN menginformasikan kapan terjadinya gerhana ke media (sumber: Merdeka) |
Mungkin Flat Earth 101 mengklaim ini karena dia tidak pernah mengunjungi situs berita, oh atau jangan-jangan ia masih tinggal di goa...
KLAIM: Siklus saros menggunakan asumsi geosentris, matahari dan bulan mengelilingi bumi
Semacam pembenaran (lagi) dari Flat Earth 101, dan mungkin seluruh Flat Earth yang bernaung di bawah kaki langit.
Geosentris dengan Flat Earth punya kemiripan, yakni sama-sama meyakini benda-benda langit bergerak mengelilingi bumi. Tapi skemanya berbeda.
Tidak ada bukti bahwa bangsa Babilonia Kuno menganut geosentrisme.
Kosmologi bangsa Babilonia Kuno tidak berkaitan dengan geosentris. Mereka mengatakan ada 7 langit dan 7 bumi (bertumpuk) yang didasarkan pada kepercayaan 7 dewa (sumber: Wikipedia) |
Kosmologi mereka tampak liar. Tidak salah, sebab era seperti itu pengetahuan manusia tentang angkasa memang masih sangat minim. Hal ini masih berkaitan dengan kepercayaan mereka saat itu, yakni tujuh generasi dewa yang mewakili tujuh bumi.
Tujuh langit dan tujuh bumi, seperti inilah (sumber: Pinterest) |
Bangsa Babilonia Kuno tidak mengasumsikan pola pergerakan benda langit seperti geosentris atau bahkan skema versi Flat Earth.
Sementara itu di era yang lebih lanjut, yakni Neo Babilonia sudah mulai mengenal model heliosentris.
Di era ini pula bangsa yang saat itu dipimpin oleh rezim Nabonassar menemukan metode penghitungan gerhana bulan, Siklus Saros. Sederhananya, klaim Siklus Saros ditemukan bangsa Babilonia Kuno kurang tepat.
Bangsa Babilonia tidak pernah mengenal geosentris, tapi tidak dengan heliosentris |
So, klaim di video sangat bertolak belakang dengan kenyataan yang ada.
Siklus Saros dibuat berdasarkan asumsi geosentris? Justru bangsa Babilonia Kuno tidak menganut asumsi tersebut. Justru perhitungan gerhana dibuat di era Neo Babilonia yang sudah mengenal heliosentris.
KLAIM: Jarak bumi ke bulan dihitung oleh Aristarchus of Samos
Lebih tepatnya Aristarchus of Samos adalah orang pertama yang menghitung jarak bumi ke bulan yakni pada abad 4 SM dengan asumsi bulan masuk dalam bayang-bayang bumi yang berkaitan dengan model heliosentris, meski saat itu ide heliosentris tidak diterima.
Flat Earth 101 menuduh perhitungan Aristarchus of Samos salah sehingga NASA tetap menggunakan Siklus Saros untuk menghitung gerhana. Alasannya menuduh tidak lain tidak bukan karena Aristarchus meyakini heliosentris dimana ini tidak disukai kaum Flat Earth.
Menyerang asumsi yang digunakan Aristarchus lalu secara sepihak menyatakan dirinya lebih baik daripada para astronom yang telah belajar bertahun-tahun untuk mengupas isi alam semesta.
Apakah Aristarchus salah? Sebaiknya kalian hitung sendiri :p
Aristarchus = 397.500 km
Astronom modern = 384.400 km
Hipparchus melakukan kalkulasi dan mendapatkan hasil 59-67 earth radii (375.800 km - 426.800 km). Lalu Ptelomy menyebut 64 earth radii (507.700 km) sebagai jarak terjauh. Konsisten bukan?
Hasil yang kurang lebih sama juga didapatkan oleh astronom amatir, Anthony Ayiomamitis dan Pete Lawrence yang menggunakan metode parallax.
Jika Aristarchus salah, namanya tidak akan dikenang sebagai astronom hebat selama berabad-abad. Bahkan namanya digunakan sebagai salah satu kawah di bulan.
Kawah Aristarchus selebar 40 kilometer di bulan (sumber: Wikipedia) |
Sementara itu, astronom modern menggunakan perhitungan peralatan yang lebih canggih, yakni dengan laser yang ditembakan dari bumi kemudian dipantulkan oleh sebuah instrumen yang sebelumnya telah dipasang di bulan.
Lunar Laser Ranging Experiment oleh ekspedisi Apollo 11 (sumber: Wikipedia) |
Misi Apollo 11, 14, dan 15 meninggalkan perangkat Lunar Ranging Retro Reflector(LRRR) yang sangat berguna untuk mengukur jarak bulan secara akurat.
Astronom menggunakan fasilitas teleskop yang menembakkan laser berkekuatan tinggi tepat ke reflektor tersebut sehingga bisa diketahui jaraknya.
Shooting the moon... |
Tidak sekedar menentukan jarak saja, tetapi mampu menemukan fakta baru bahwa bulan menjauh sekitar 3,8 cm per tahun.
Hasil perhitungan antara astronom kuno dan astronom modern hanya beda tipis. Coba kamu bayangkan betapa hebatnya mereka kala itu.
Terkait Aristarchus, Flat Earth 101 terlihat merendahkannya, menyebutnya salah. Padahal jika kalian ingat, di episode sebelumnya ia mengatakan "jangan pernah meremehkan astronom kuno".
Yap, jangan diremehkan kecuali astronom yang gak sesuai dengan doktrin Flat Earth :v
KLAIM: Matahari dan bulan begitu dekat
Masih ingat lagu anak-anak berjudul "Ambilkan bulan, bu"? Lagu yang menghiasi masa kecil kita kala itu dibuat oleh A.T. Mahmud, terinspirasi dari anaknya yang merengek untuk diambilkan bulan karena ia mengira jarak bulan itu dekat.
Kesimpulannya, Flat Earth 101 masih terperangkap dalam nostalgia semasa kecil. Mohon dimaklumi jika perkataannya agak lucu.
Hehehe, nggak, bukan itu kesimpulannya :v
Klaim ini lumayan banyak pembahasannya. Saya akan coba bantah satu per satu.
Flat Earth 101 mengklaim pantulan sinar matahari di awan menunjukan bahwa matahari jaraknya tidak sejauh yang dikatakan sains modern.
Dalam dongeng Flat Earth, matahari dikatakan sangat dekat |
Pantulan cahaya matahari sangat mudah terlihat di permukaan air. Tetapi jika terjadi di awan atau kabut, sebutannya adalah Subsun. Hal ini disebabkan awan memiliki kristal es yang memantulkan cahaya.
Tidak perlu dijawab secara sains pun, klaim ini dapat dipatahkan. Pantulan objek bentuknya selalu sama dengan ukuran dari sudut pandang pengamat.
Pantulan selalu sama dengan ukuran dari sudut pandang kita (sumber: Vintage Wings) |
Sama seperti pesawat ketika sedang terbang, pantulannya di air sama dengan ukuran ketika kita melihatnya dari bawah.
Jika objek aslinya berukuran 100 meter, sementara kita melihatnya dari jauh sehingga hanya seukuran 1 meter, maka pantulannya juga 1 meter. Ini sesuai dengan Hukum Refleksi.
Berdasarkan Hukum Refleksi, pantulan objek akan terlihat sama dari sudut pengamat |
Upaya Flat Earth 101 hanya sekedar mencocok-cocokan saja alias cocoklogi. Klaim tersebut sama sekali tidak kuat untuk mengatakan bahwa matahari dekat. Pengamatan ini pun tak punya bukti ilmiah.
Klaim selanjutnya dengan mengatakan sinar matahari melebar dari balik awan, cahaya matahari bersifat lokal, dan tidak mungkin terjadi jika buminya bulat.
Argumen ini sifatnya opini, bukan fakta. Flat Earth mengamati cahaya matahari yang muncul dari balik awan kemudian langsung mengatakan bumi ini datar tanpa cross check terlebih dahulu.
Untuk orang yang malas cross check pasti sudah tenggelam dalam doktrin ini.
Cahaya matahari yang melewati celah awan disebut Crespuscular rays, penjelasan fenomena tersebut ada pada Tyndall Effect dimana kandungan awan menghamburkan cahaya.
John Tyndall selaku penemu gejala ini mengatakan sinar matahari dihamburkan oleh partikelkoloid yang ada pada awan.
Cahaya awan dari sudut pandang kita terlihat melebar, seolah matahari dekat dengan awan. Padahal sebenarnya cahaya matahari menyinari permukaan bumi secara merata.
Kandungan pada awan yang membuat cahaya jatuh melebar di permukaan bumi.
Jika Flat Earth memaksakan argumennya, berarti cahaya matahari dianggap satu arah seperti senter (sumber: Flickr) |
Crepuscular rays jika dilihat dari atas, foto oleh ISS (sumber: Discover Magazine) |
Apakah matahari cuma setinggi pohon? #FLatEarthLogic |
Jika matahari dekat dengan awan, maka awan apa yang bisa mendekati ketinggian 5000 kilometer? Foto dari ISS di ketinggian 400 kilometer saja, awan sudah terlihat jauh di bawahnya. Silahkan lakukan pengamatan, siapa kalian tahu menemukan awan yang tingginya mendekati 5000 kilometer khas klaim FE.
Flat Earth 101 menyebut jika atmosfer bumi cembung seharusnya sinar matahari menjadi mengerucut.
Rupanya dia pikir atmosfer bumi terbuat dari kaca.
Semakin lama argumennya semakin aneh. Kalau sudah begini, esensinya seperti anak SD yang punya pertanyaan menggelitik pada gurunya.
Klaim selanjutnya menunjukan eksperimen cahaya menembus awan dengan menggunakan karton. Perihal percobaan tersebut, silahkan kalian sendiri menilai. Video lengkapnya ada disini.
Lihat beragam komentar disana ^_^
Kritik terhadap percobaan Flat Earth yang tidak sesuai dengan kaidah ilmu pengetahuan |
Bantahan eksperimen tersebut sudah banyak beredar. Contohnya yang dilakukan Frank de Brouwer dimana ia menciptakan simulasi tiga dimensi untuk menunjukan bagaimana Crepuscular rays tampak di bumi.
Matahari dan bulan begitu dekat menurut FE... wah kalau cuma 5000 kilometer seharusnya mudah untuk mendekatinya dengan teknologi sekarang, bahkan mendarat di atasnya akan menjadi mainstream :v
Sesekali Flat Earth harus mencoba bergabung dengan forum astronomi dimana sebagian dari anggotanya harus menyiapkan kamera dengan optical zoom tinggi agar bisa memotret bulan dan matahari dengan jelas. Tak perlu kamera secanggih itu jika bulannya cuma 5000 km, betul?
Kalau matahari itu dekat, harusnya kita bisa melihatnya ketika naik pesawat di malam hari. Tapi faktanya... Ga ada :p
KLAIM: Matahari dan bulan berdiameter 50 kilometer
Argumen yang menurut saya WOW. Saya penasaran siapa astronom pertama yang mengatakan bahwa diameter bulan dan matahari berkisar di 50 kilometer.
Makin aneh klaimnya makin fanatis seorang terhadap Flat Earth. Fanatisme berlebih akan membutakan nalar. Hal ini sering dijumpai pada penganut Flat Earth.
Contohnya ini, Flat Earth level hardcore yang menganggap bulan hanya hologram yang dipancarkan dari bumi. WOW. Saya ga bisa berkata apa-apa.
Ternyata di abad modern pun masih ada imajinasi liar seperti ini.
Baik, lupakan sejenak humor di atas. Kita lanjut ke pembahasan terkait diameter bulan yang katanya cuma 50 kilometer.
Saya tidak tahu darimana kaum datar bisa memiliki hasil perhitungan yang ajaib tersebut. Faktanya ini bertentangan dengan kenyataan.
Kawah Mare Imbrium di bulan selebar 1.145 kilometer (sumber: Wikipedia) |
Banyak kawah di bulan yang berukuran besar, lebih besar dari 50 kilometer. Lalu kok bisa bilang ukuran matahari dan bulan cuma 50 kilometer?
Oke, pasti kalian yang menjadi salah satu dari keluarga Flat Earth akan menilai ukuran kawah tersebut cuma rekayasa tokoh (fiktif) bernama Elite Global.
No problem :p
Setidaknya Flat Earth meyakini Siklus Saros.
Perhitungan Siklus Saros tidak pernah menggunakan diameter bulan dan matahari sebesar 50 kilometer. Model geosentris dan heliosentris pun tidak demikian.
Nah lho... Mau jawab apa?
Mungkin kalian tertarik ingin menghitung gerhana dengan asumsi diameter bulan dan matahari 50 kilometer :v
KLAIM: Bulan punya sinar sendiri yang dingin
Dalam rangka mempertahankan keimanannya terhadap bumi datar, kreator video menambahkan simbol Yin Yang sebagai refleksi dari matahari dan bulan.
Kalau sinar bulan berasal dari pantulan sinar matahari, seharusnya panas. Tapi eksperimen Flat Earth menunjukan sebaliknya.
Well, eksperimen ini cukup populer di kalangan Flat Earth.
Suhu permukaan matahari 5.500° celcius, sementara bulan dapat mencapai 120° celcius. Apakah kita merasakan suhu setinggi 5.500° ketika siang hari?
Tentu saja tidak. Sebab jaraknya yang jauh, serta ada atmosfer yang melindungi bumi dari suhu matahari yang sangat tinggi yang dapat memusnahkan kehidupan.
Tanpa atmosfer, mungkin kita sudah mati kepanasan (sumber: Britannica) |
Hal ini juga berlaku bagi pantulan sinar bulan. Ozon, hidrokarbon, dan karbondioksida pada atmosfer merupakan elemen penyerap panas lebih banyak dari gas lainnya.
Di luar angkasa, suhu di wilayah terpapar sinar matahari dan sisi bayangan berbeda (sumber: Science Blogs) |
Belum berhenti sampai disitu, sisi gelap atau bayangan bumi ternyata suhunya sangat rendah, mencapai -100° celcius. Lantas, panas yang dipantulkan bulan jadi tidak ada apa-apanya. Sinar bulan yang sampai ke bumi sifatnya menjadi netral.
Air dalam wadah terbuka akan terkontaminasi suhu udara yang dingin dan kelembaban. Sedangkan yang ditempatkan secara tertutup, suhunya tidak bercampur dengan lingkungan.
Eksperimen ini membuat Flat Earth sangat yakin adanya anti-foton. Sayangnya, ini juga menentang hukum fisika itu sendiri.
Physics Central menyebut eksperimen ini punya kesalahan penggunaan termometer inframerah. Rasio Sejumlah video terkait eksperimen ini disajikan "ala kadarnya", bahkan mereka tidak menggunakan dasar ilmiah yang kredibel.
Jika bulan punya sinar sendiri, apa yang membuatnya bersinar?
Reaksi fusi? No, itu versi matahari. Bagaimana dengan bulan?
KLAIM: Benda selestial sebesar bulan lewat ketika gerhana
Flat Earth 101 membantah bahwa gerhana terjadi karena bulan masuk bayang-bayang bumi. Dia meyakini adanya benda selestial sebesar bulan yang menghalangi sinar bulan.
Menurut saya klaim ini cuma bisa-bisaan Flat Earth saja.
Bahkan terkesan lucu.
Ini dinamakan lens flare, hal yang biasa terjadi pada lensa kamera ketika diarahkan pada cahaya |
Lens flare berukuran kurang lebih sama dengan objek aslinya |
Saya rasa tidak perlu ada penjelasan detil terkait klaim ini. Kalian bisa menilai sendiri dari waktu ke waktu argumen Flat Earth makin terlihat memaksakan.
Sesuatu yang biasa dianggap luar biasa lalu dijadikan bukti pembenaran Flat Earth.
Semua orang juga tahu itu efek lens flare.
Inikah realitas Flat Earth?
KLAIM: Bulan berbentuk disk transparan
Aduh, apa lagi ini. Saya sedang berhadapan dengan klaim modern atau dongeng zaman dahulu? Saya rasa dongeng saja lebih baik daripada ini.
Jika kalian adalah penganut Flat Earth, maka ketika ada orang yang bertanya tentang bulan, katakan bahwa bulan itu cuma 50 km besarnya, berjarak 5000 km dari tanah, dan bentuknya tidak seperti bola, tapi disk transparan.
Setelah itu terbiasalah saat mendapat cemooh.
Saya ajak kalian membayangkan kosmologi Flat Earth. Bulan berada 5000 km dari bumi, ukurannya 50 kilometer, menghilang karena perspektif, dan bentuknya seperti disk transparan.
Jika seperti itu, bulan jika dilihat dari kejauhan seperti piring terbang :p
Mengatakan bulan berbentuk disk transparan bersamaan dengan argumen bahwa bulan menghilang karena perspektif sama sekali tidak masuk akal. Completey wrong!
Klaim Flat Earth antara satu dengan yang lainnya menjadi kontradiktif.
Corak kawah menunjukan bahwa bulan itu bulat seperti bola (sumber: Earth Sky) |
Keluarlah di malam hari, kemudian lihat bulan secara seksama. Perhatikan corak kawah bekas tabrakan meteor pada bulan. Objek datar dan bulat berbeda karakteristiknya.
Selain membuat klaim perspektif menjadi tidak berlaku, klaim bahwa bulan seperti disk transparan bertentangan dengan fakta yang ada.
Orang di kutub utara dan kutub selatan mempunyai pandangan yang berbeda (sumber: Straight Dope) |
Silahkan diamati sendiri, kemudian simpulkan seperti apa bentuk bulan itu.
Jika bulan datar, apakah matahari juga datar? Planet juga datar? Bintang juga datar? Galaksi ini juga datar?
Inikah realitas Flat Earth?
KLAIM: Bintang terlihat menembus bulan
Jadi sederhananya begini, terinspirasi dari lambang bintang di bulan, Flat Earth 101 mencoba berargumen bahwa bulan itu transparan dan memungkinkan sinar bulan untuk melewatinya. Klaim tersebut merupakan kelanjutan dari klaim sebelumnya.
Pertanyaannya, kalian pernah melihat fenomena tersebut?
Atau mungkin pernah tercatat kejadiannya?
Jika tidak, hampir dapat dipastikan klaim Flat Earth 101 salah.
Bulan sabit dan bintang dipakai pertama kali pada abad 1 SM oleh Byzantine (sumber: Wikipedia) |
Lambang koin Byzantine tidak terinspirasi dari kejadian nyata dimana sisi gelap bulan sabit terlihat bintang.
Simbol bulan sabit dan bintang erat kaitannya dengan kepercayaan mereka terhadap sosok ketuhanan, atau entitas yang disembah. Simbol ini telah digunakan selama ribuan tahun, termasuk kalian sering melihatnya pada kubah masjid.
Sayangnya, tidak pernah ada bukti bahwa bintang terlihat di sisi bulan.
Gambar pertama yang disajikan Flat Earth 101 sangat tidak jelas, ada kemungkinan diakibatkan noise, atau mungkin kotoran pada lensa. Sedangkan gambar kedua memperlihatkan planet yang tenggelam di lengkungan bulan, tidak masuk ke sisi bulan.
Venus tidak masuk dalam sisi bulan yang (katanya) transparan |
Sejujurnya saya sudah speechless dengan argumen ini.
Jadi, biarlah Flat Earth berimajinasi...
KLAIM: Pakar matematik tidak bisa menghitung gerhana
Scene yang sebenarnya bikin saya muak. Sudah berulang kali Flat Earth 101 sangat merendahkan derajat orang lain hanya karena ia tidak sepaham, tidak selaras dengan Flat Earth.
Orang dalam video tersebut bernama Matt Parker, seorang lulusan matematika yang juga seorang Stand Up Comedi. Lantas kecintaannya dengan matematika dibawakan dengan cara yang menghibur melalui channel Youtube standupmaths. Tidak heran apabila pembawaannya terkesan lucu.
Jika sekilas melihat video, ia memang terlihat bodoh. Inilah yang dilakukan Flat Earth 101, sengaja memotong videonya agar konteksnya sesuai dengan harapan. Ditambah beberapa kali terlihat orang-orang tertawa bersamaan dengan caption yang merendahkan.
Ada banyak sekali footage video yang dipotong dengan alasan supaya orang-orang makin yakin dengan propaganda bumi datar.
Inilah realitas Flat Earth. Mereka tak ubahnya seperti agen pembodohan dengan misi menghasut orang untuk terjun dalam kesesatan.
KLAIM: Profesor dan doktor itu adalah bagian dari Elite Global
Flat Earth 101 punya penyakit akut bernama paranoid alias curiga berlebih. Pokoknya kalau ada orang mengajarkan bumi bulat mereka pasti antek-antek Elite Global. Pokoknya semua salah NASA, semua itu upaya untuk menyesatkan manusia dari agama.
Flat Earth 101 tak ada bedanya dengan kaum 2D yang sedikit-sedikit salah Wahyudi, salah Mamarika, salah Illuminating, dst.
Johny Setiawan, Hanindyo Kuncarayakti, Bambang Hidayat, Winardi Sutantyo, Karlina Supelli, Mahasena Putra, Yayan Sugianto, Hakim Lutfhi Malasan, Dhani Herdiwijaya, dan ahli astronomi lainnya, semua anak buah Elite Global.
Siapapun yang pro Globe Earth berarti mendukung Elite Global!!
Oh, kalau begitu, jangan-jangan saya juga Elite Global? :p
Untuk klaim ini, saya tidak perlu jelaskan. So, silahkan berparanoid ria.
KLAIM: 95% informasi Google dan Youtube tak punya dasar yang jelas
Tidak sadar diri. Hampir semua konten Flat Earth 101 mengambil referensi dari Google dan Youtube.
Tak perlu saya tunjukan di bagian mana saja sang kreator video mengandalkan Google dan Youtube, kalian bisa melihatnya sendiri di setiap video.
Pernyataan ini merupakan bentuk penolakan. Ia sudah tahu ada banyak bantahan kuat tentang Flat Earth, namun sesuai misinya, ia menjaga agar penganut Flat Earth tetap menjadi seorang paranoid, tetap mudah disesatkan.
Tak heran bila banyak Flat Earth yang begitu fanatis buta, kebenaran akan dianggap penyesatan, sejarah dianggap rekayasa, ilmu pengetahuan dianggap menjerumuskan, tapi ketika diminta untuk menjelaskan fenomena dalam sudut pandang FE, mereka tak diam seribu bahasa.
Inikah realitas Flat Earth?
KLAIM: Kapal tetap terlihat utuh dari kejauhan
Topik ini membahas lengkungan bumi. Flat Earth 101 mengklaim kapal masih bisa terlihat dari kejauhan menggunakan kamera dengan optical zoom tinggi. Seharusnya kapal tenggelam tertelan lengkungan bumi.
Dikatakan kapal menghilang karena perspektif dan refraksi, bukan lengkungan bumi.
Konsep perspektif yang dijelaskan memang benar, tapi tentang refraksi... it's wrong. Refraksi tidak membuat objek menghilang, justru lebih tinggi.
Contoh refraksi ketika seorang akan menombak ikan (sumber: Science Learn) |
Kapal yang tetap terlihat dari kejauhan punya tiga alasan, pertama karena memang jaraknya belum cukup jauh, kedua karena dilihat dari ketinggian, ketiga karena looming refraction.
Looming refraction membuat objek bisa terlihat lebih tinggi dari aslinya (sumber: Weather Wise) |
Gejala atmosfer seperti looming refraction biasa terjadi karena perbedaan tekanan udara, sering terjadi pada permukaan air yang luas.
Looming refraction juga terjadi pada eksperimen di sungai Bedford yang akan kita bahas nanti.
Di sisi lain, ada banyak video yang menunjukan bagian bawah kapal menghilang ditelan lengkungan bumi. Jika kalian punya kamera dengan optical zoom tinggi, tak ada salahnya untuk mencoba.
Kapal nelayan yang makin terlihat ketika menuju pantai (sumber: Youtube) |
Video berikut ini telah membahas cukup lengkap fenomena kapal yang menghilang ditelan lengkungan bumi, bagian bawah gedung tinggi yang terpotong, bahkan footage yang dipakai Flat Earth 101 pun turut dibahas disini.
Sehebat-hebatnya perspektif, objek yang sangat jauh akan tetap tertutupi lengkungan bumi. Lihat dalam video ini dimana sekelompok orang menerbangkan helikopter dari lokasi yang jauh dan hasilnya ia tetap tenggelam dalam lengkungan bumi meski telah menggunakan teleskop dengan optical zoom tinggi:
Penganut Flat Earth punya ritual unik dimana ketika mereka pergi ke pantai kemudian memotret horizon, foto tersebut diunggah ke media sosial dengan caption "tidak ada lengkungan, bumi itu datar",
Ya, kejadian itu sering saya lihat. Mereka pikir cukup melihat horizon di pantai saja sudah cukup, faktanya di ketinggian 200 kilometer sekalipun tak mudah untuk mendeteksi lengkungan.
Hal tersebut dikarenakan bumi yang sangat besar sementara manusia sangat kecil, awan mengganggu pandangan ke horizon, ditambah faktor lensa kamera yang berbeda-beda jenisnya. Mata manusia pun sangat terbatas untuk mengetahui adanya lengkungan.
Diambil dari ketinggian 98 meter, lengkungan sudah terdeteksi tapi sangat sedikit sehingga hampir mustahil untuk dilihat secara langsung (sumber: Flickr) |
Jika kalian ingin melihat lengkungan bumi secara bebas dari ketinggian, saran saya coba buat modelnya pada software 3D. Atur sesuai dengan skema pada bumi bulat kemudian periksa seberapa tinggi yang diperlukan agar lengkungan dapat dengan jelas dilihat.
Bumi sangat besar sementara manusia sangat kecil. Salah jika ngotot bumi datar ketika melihat dari ketinggian rendah.
KLAIM: Eksperimen Bedford membuktikan bumi datar
Eksperimen yang dilakukan oleh Rowbotham ini sering sering dijadikan argumen Flat Earth ketika berargumen di media sosial. Mereka tidak tahu bahwa eksperimen ini gagal membuktikan bumi datar.
Bedford Level Experiment yang dijelaskan pada video sudah benar, sayangnya Flat Earth 101 tidak memberikan informasi secara lengkap, khususnya bahwa eksperimen yang telah dielu-elukan ini sudah dibantah oleh seorang ilmuwan sekaligus penjelajah bernama Alfred Russel Wallace.
Rowbotham saat itu mendapat dukungan dari kalangan Flat Earth, John Hampden. Merasa yakin bahwa bumi datar, Hampden mengadakan sayembara bahwa siapa saja yang bisa mematahkan eksperimen Rowbotham akan diberi $500 yang menurut Inflation Calculator setara dengan Rp 120 juta saat ini.
Angka sebesar itu, siapa tidak yang tertarik?
Sungai Bedford yang menjadi saksi sejarah eksperimen lengkungan bumi |
Wallace melakukan hal serupa, namun ia melakukannya di musim dingin, bukan di musim panas, sebab ia tahu bahwa penguapan air akan menimbulkan refraksi seperti yang terjadi pada eksperimen Rowbotham.
Selain itu, ia mengamati di titik yang lebih tinggi, yakni 4 meter. Hasilnya kapal menghilang ditelan lengkungan bumi. Hasil eksperimen Wallace terbukti benar di hadapan juri, sejumlah ilmuwan mengkonfirmasi validitas eksperimen Walalce.
Setelah mendapat uang sayembara tersebut, pastinya Wallace merasa senang. Tapi itu tak berlangsung lama, sebab ada pihak yang tidak menyukai kemenangannya.
Wallace mendapat teror dari Hampden |
Hampden merupakan seorang Flat Earth expert, ia tak bisa menerima kenyataan bahwa ekspetasinya bahwa bumi datar tidak sesuai realita. Akibatnya Wallace terus-menerus mendapat teror pembunuhan, termasuk pada keluarganya.
Wallace bahkan menyebut eksperimen ini merupakan yang paling ia sesali selama hidupnya. Uang $500 tidak sebanding dengan ancaman teror yang ia terima hingga akhir hayatnya oleh seorang Flat Earth level expert seperti Hampden.
Oh, Wallace malangnya dirimu...
KLAIM: Eksperimen dengan laser membuktikan bumi datar
Saat pertama kali saya melihat pengujian ini, saya pikir ini masuk akal. Namun keabsahan eksperimen laser tersebut sangat diragukan. Ternyata laser memang sengaja diarahkan menuju target, bukan diletakan diam pada suatu tempat. Silahkan cek di menit 19:03.
Sinar laser ternyata bergerak, seperti diarahkan dari ketinggian |
Hal lain yang perlu diperhatikan, sinar laser tak luput dari efek atmosfer, yakni refraksi. Sama yang terjadi pada kapal di tengah laut. Fakta ini dikonfirmasi oleh SPIE, lembaga optik dan fotonik internasional.
Semua eksperimen laser yang saya jumpai rata-rata menjangkau jarak yang sama, yakni 6 kilometer. Padahal sinar laser bisa 20 mencapai kilometer. Dengan jarak 6 kilometer mereka hanya butuh ketinggian sekitar 1 meter pada target.
Kenapa cuma 6 kilometer sementara masih ada kesempatan untuk lebih jauh? |
Itu artinya laser masih masih dekat dengan permukaan air sehingga efek looming refraction dapat menciptakan bias cahaya dan laser tetap bisa dilihat dari jauh meski seharusnya ia terhalang lengkungan bumi (Earth Curvature Refraction for Dummies).
Jika ingin mengetahui lengkungan bumi dengan laser maka sebaiknya lakukan di ketinggian yang cukup untuk menghindari refraksi, dengan catatan laser harus lebih jauh jangkauannya.
Menurut Laser Pointer Safety, sinar laser berkekuatan 1 miliwatt dapat menempuh jarak 20 kilometer.
Laser 1 miliwatt di Tokyo terlihat hingga 20 kilometer |
Saya yakin ada banyak kalangan Flat Earth di dunia ini. Seharusnya tidak sulit untuk bahu-membahu membeli laser dengan daya yang lebih besar sehingga bisa menempuh jarak yang lebih jauh. Eksperimen akan lebih valid ketimbang yang dilakukan FE secara perorangan tanpa standar yang jelas.
KLAIM: Matahari terlihat lebih besar ketika dilihat dari ketinggian
Klaim ini mendukung argumen matahari dekat, mereka membuktikannya lewat gambar yang diambil dari ketinggian dan tanah. Terlihat matahari sedikit lebih besar ketika direkam di ketinggian.
Sayangnya klaim tersebut sama sekali tidak mempunyai informasi teknis yang jelas.
Tidak disebutkan apakah kamera yang digunakan sama, apakah lensanya sama, apakah diambil pada cuaca yang sama, kondisi atmosfer yang sama, di waktu yang sama, apakah dilakukan zoom, dan berbagai parameter lain yang turut mempengaruhi observasi.
Saya tidak mendapatkan detil yang diharapkan. Saya sudah mencari di internet sumber asli footage tersebut, namun hasilnya nihil. Jika sudah begini, tidak ada yang bisa disimpulkan kecuali klaim sepihak.
Matahari tampak berbeda tergantung situasi, kondisi, dan perangkat teknis |
Eksperimen tanpa standar yang jelas seperti ini tidak bisa dipercaya begitu saja. Tapi wajar, target FE adalah orang-orang yang langsung menerima informasi tanpa memeriksa kebenarannya terlebih dahulu.
Berikut adalah visualisasi model dunia Flat Earth serta pergerakan benda langit, sesuai perhitungan versi FE:
Bagaimana menurut kalian? Sesuai dengan kenyataan?
KLAIM: Matahari menghilang karena perspektif
Di kala senjata atau pagi hari, cahaya matahari tak seterang saat siang alias redup dan warnanya menjadi kemerahan. Kejadian ini diakibatkan penghamburan cahaya oleh molekul di atmosfer. Untuk lebih jelasnya saya sarankan menonton video ini:
Coba datang ke pantai, kemudian nikmati senja ketika matahari akan terbenam. Pertanyaannya,apakah matahari mengecil seperti klaim Flat Earth?
Kalau kalian teliti, di video Flat Earth 101 pun terlihat bahwa matahari ternyata tenggelam perlahan, bukan mengecil. Sayangnya video tersebut diatur dalam resolusi rendah sehingga agak samar-samar.
Berikut rekaman matahari yang tenggelam dibalik horizon:
Apakah pernah ada kejadian matahari tampak mengecil dan menghilang?
Saran saya untuk FE, jika datang ke pantai jangan cuma memotret horizon, tapi lakukan pengamatan pada matahari ketika terbenam.
KLAIM: Fenomena pelangi lengkung, HALO, dan matahari ganda tidak bisa dijelaskan
Saya tahu, ini semacam pengelakan Flat Earth 101. Ia mengutip alam semesta ini penuh misteri yang tidak semuanya bisa dijelaskan. Jadi inilah alternatif jawaban bagi FE yang tidak bisa menjawab pertanyaan GE.
Seperti klaim FE, kalau ada yang bertanya kenapa terjadi gerhana versi FE, tinggal jawab saja "ini misteri alam semesta" #gubrak.
Apakah ada penjelasan mengapa pelangi melengkung, terjadinya HALO, dan matahari ganda?
Ada! Sangat banyak dan mudah ditemukan.
Hanya perlu kemauan untuk mencari saja. Saya tak akan jelaskan disini, silahkan cari sendiri, kalian bukan bayi yang masih perlu disuapin lagi.
KLAIM: Matahari tak terbenam di kutub utara musim panas
Memang benar. Pada musim panas, matahari selalu tampak di kutub utara selama 24 jam disebut Midnight Sun. Fenomena tersebut memang nyata, banyak orang sudah mengamatinya.
Berikut video time-lapse matahari selama 24 jam di lingkar Artik (kutub utara):
Benar sekali, video tersebut menjadi bahan baku Flat Earth untuk melancarkan propagandanya. Tak heran video lainnya yang serupa jika dilihat komentarnya ada beberapa FE dan GE yang memperebutkan "hak" bentuk bumi.
Gak susah kok untuk bantah yang satu ini. Midnight Sun terjadi di kutub utara (Artik) dan kutub selatan (Antartika).
Ini video matahari yang muncul selama 25 jam di Antartika:
Melihat skema Flat Earth, Midnight Sun di Artik masih masuk akal, tapi menjadi runtuh ketika menghadapi kenyataan bahwa fenomena tersebut juga terjadi di Antartika.
Bukan tanpa penolakan, kalangan Flat Earth pun mengatakan time-lapse tersebut palsu. Anthony Powell membantahnya, ia mengatakan bahwa Midnight Sun di Antartika yang direkamnya asli.
Salah satu FE yang tidak bisa menerima kenyataan |
Flat Earth tersebut tidak tahu bahwa Anthony Powell dan rekannya sering berada di Antartika untuk keperluan penelitian, bahkan mereka menciptakan karya film tentang Antartika berjudul ANTARTICA: A YEAR ON ICE.
Anthony Powell cuma satu diantara banyak orang yang sudah menyaksikan 24 jam matahari di Antartika. Pengunjung Antartika lainnya juga merasakan sensasi yang sama.
Pengalaman tim pendaki asal Indonesia yang merasakan matahari selama 24 jam (sumber: Detik) |
Saya pernah memposting bantahan ini di sebuah grup Flat Earth. Awalnya sepi, tapi setelah beberapa puluh menit akhirnya ada sejumlah FE yang merespon dengan mantra ajaibnya:
"Itu CGI"
Huffttt... Kalau sudah begitu, saya mohon pamit undur diri.
Akhirnya bantahan episode 4 selesai. Ternyata materinya lumayan panjang dan butuh beberapa hari untuk diselesaikan. Saya harap part 5 bisa lebih cepat diselesaikan.
Argumen Flat Earth 101 sudah runtuh dengan sendirinya. Ia sering menyampaikan klaim yang bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Disinilah kesalahan demi kesalahan propaganda Flat Earth mulai terlihat.
Sebuah kebenaran tidak mungkin berlawanan satu dengan lainnya, justru punya penjelasan logis dimana setiap elemen dalam alam semesta bertindak melengkapi satu dengan yang lainnya.
Flat Earth 101 terlihat goyah, argumen demi argumen yang disampaikan justru saling meruntuhkan satu dengan yang lainnya. Saya jadi ingat perkataan dalam video tersebut...
Tidak Ada Komentar